02/03/10

Penyebab Dan Gejala Stroke Hemoragik

Penyebab Dan Gejala Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik terjadi bila pembuluh darah di dalam otak pecah. Otak sangat sensitif terhadap perdarahan, dan kerusakan dapat terjadi dengan sangat cepat. Pendarahan di dalam otak dapat mengganggu jaringan otak, sehinga menyebabkan pembengkakan, mengumpul menjadi sebuah massa yang disebut hematoma. Pendarahan juga meningkatkan tekanan pada otak dan menekan tulang tengkorak.

Stroke hemoragik dikelompokkan menurut lokasi pembuluh darah :
  • Intracerebral hemoragik, pendarahan terjadi di dalam otak.
  • Subarachnoid hemoragik, pendarahan di daerah antara otak dan jaringan tipis yang menutupi otak.
Stroke hemoragik paling sering disebabkan oleh tekanan darah tinggi, yang menekankan dinding arteri sampai pecah. Penyebab lain terjadinya stroke hemoragik adalah :
  • Aneurisma, yang membuat titik lemah dalam dinding arteri, yang akhirnya dapat pecah.
  • Hubungan abnormal antara arteri dan vena, seperti kelainan arteriovenosa.
  • Kanker, terutama kanker yang menyebar ke otak dari organ jauh seperti payudara, kulit, dan tiroid.
  • Cerebral amyloid angiopathy, yang membentuk protein amiloid dalam dinding arteri di otak, yang membuat kemungkinan terjadi stroke lebih besar.
  • Kondisi atau obat (seperti aspirin atau warfarin).
  • Overdosis narkoba, seperti kokain.
Gejala

Gejala stroke hemoragik bervariasi tergantung pada lokasi pendarahan dan jumlah jaringan otak yang terkena. Gejala biasanya muncul tiba-tiba, tanpa peringatan, dan sering selama aktivitas. Gejala mungkin sering muncul dan menghilang, atau perlahan-lahan menjadi lebih buruk dari waktu ke waktu.

Gejala stroke hemoragik bisa meliputi:
  • Perubahan tingkat kesadaran (mengantuk, letih, apatis, koma).
  • Kesulitan berbicara atau memahami orang lain.
  • Kesulitan menelan.
  • Kesulitan menulis atau membaca.
  • Sakit kepala yang terjadi ketika berbaring, bangun dari tidur, membungkuk, batuk, atau kadang terjadi secara tiba-tiba.
  • Kehilangan koordinasi.
  • Kehilangan keseimbangan.
  • Perubahan gerakan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti kesulitan menggerakkan salah satu bagian tubuh, atau penurunan keterampilan motorik.
  • Mual atau muntah.
  • Kejang.
  • Sensasi perubahan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti penurunan sensasi, baal atau kesemutan.
  • Kelemahan pada salah satu bagian tubuh.
  • Perubahan visi (penurunan visi, atau kehilangan semua atau salah satu bagian dari visi).

01/03/10

Pengobatan Fibromyalgia Menggunakan Nabilone

Fibromyalgia
Para peneliti mengatakan bahwa rasa sakit, gelisah dan ketidak-mampuan berkurang cukup signifikan dengan meminum nabilone, obat derivative marijuana (Cesamet) bagi penderita fibromyalgia.

Seperti yang dilaporkan oleh Ryan Q.Skrabek dari University of Manitoba dalam Journal of Pain, dalam sebuah percobaan kecil, penggunaan nabilone tanpa label selama empat minggu, skor rata-rata Visual Analogue Scale berkurang 10 point, dan rasa sakitnya 2 point dari kondisi awalnya (P=0.02). Obat nabilone merupakan analog sintetik tetrahydrocannabinol, komponen utama marijuana. Kemoterapi dengan obat ini yang disetujui FDA untuk pengobatan rasa mual dan muntah.

Empat puluh pasien diikutsertakan dalam percobaan yang dilakukan secara acak, tertutup, yang menggunakan placebo, percobaan pertama menggunakan nabilone pada penderita fibromyalgia. 20 pasien yang diberikan nabilone menunjukkan adanya perbaikan 12.0 point dibandingkan dengan keadaan semula (P=0.02) pada 100-point Fibromyalgia Impact Questionnaire. Instrumen itu mengevaluasi fungsi fisik, status kerja, depresi, kegelisahan, rasa kantuk, rasa sakit, kekakuan otot, capek dan kesehatan pada pasien yang menderita fibromyalgia.

Tidak terdapat perbaikan yang mencolok dibandingkan dengan kondisi awalnya yang terlihat pada 20 kontrol yang menggunakan placebo menurut hasil yang diukur pada saat studi dilakukan. Pengobatan dengan menggunakan nabilone dimulai dengan meminum 0.5 mg selama minggu pertama pengobatan dan meningkat menjadi 0.5 mg/hari dalam setiap minggunya sampai pasien diberikan 1 mg dua kali sehari selama empat minggu pengobatan.

Pasien diikutsertakan dalam percobaan apabila mereka memenuhi criteria American College of Rheumatology untuk fibromyalgia dan mereka yang masih merasakan sakit meskipun telah diobati dengan meminum obat lainnya. Mereka dapat melanjutkan pengobatan lain selama studi itu.

Rata-rata skor awal menurut Fibromyalgia Impact Questionnaire adalah 66.5 untuk kedua agen pengobatan itu. Pada skala rasa sakit, skor rata-rata adalah 6.9 dalam kelompok yang menggunakan nabilone dan 6.2 dalam kelompok yang menggunakan placebo.

Pasien dievaluasi pada minggu ke dua dan empat, dan sekali lagi pada minggu kedelapan setelah pasien tidak diobati selama empat minggu. Setelah masa penghanyutan, skor dampak pada rasa sakit dan fibromyalgia kembali mendekati nilai awalnya dalam kelompok yang menggunakan nabilone.

Dalam kelompok yang menggunakan nabilone biasanya timbul efek samping. Sebagian besar efek samping ini sesuai dengan apa yang dilaporkan pada mereka yang merokok dengan marijuana. Efek samping itu termasuk rasa kantuk, mulut kering, vertigo, bingung dan disasosiasi.

Lima pasien diberikan nabilone tetes dalam studi dua minggu pertama, yang dibandingkan dengan dua pemberian yang tidak dilanjutkan dalam kelompok placebo. Pasien yang menderita fibromyalgia memiliki sensitifitas terhadap efek samping pengobatan dan para peneliti menyinggung bahwa tingkat pengurangannya kemungkinan lebih tinggi.

Para peneliti menunjukkan bahwa subjek hanya dicoba berdasarkan penggunaan nabilone selama empat minggu, dimana hanya minggu terakhir pengobatan diberikan dosis sebanyak 1 mg dua kali sehari. Efek samping jangka panjang nabilone dalam mengurangi rasa sakit dan memperbaiki kualitas hidup pasien yang menderita fibromyalgia tidak dapat ditentukan berdasarkan lamanya studi.

Studi selanjutnya masih diperlukan untuk menilai dan mengetahui manfaat jangka panjang penggunaan nabilone untuk rasa sakit dan kualitas hidup, dan ukuran hasil sekunder seperti kegelisahan, depresi, dan keletihan yang kemudian seharusnya dicari dengan menggunakan alat penilaian yang valid.

Nabilone diatur sebagai zat kontrol kelas II, dan labelnya termasuk peringatan mengenai kemungkinan terjadinya efek psikotropis dan tindakan pencegahan harus diperhatikan dengan merujuk kemungkinan terjadinya penyalahgunaan.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Printable Coupons